Kamis, 27 Juni 2013

SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA DI MATA DUNIA



dinamika_pendidikan_400 
sources : http://www.kampusnews.com

Sistem Pendidikan Indonesia di Mata Dunia

Share
Adakah dari kalian yang telah mengetahui pemberitaan Al-Jazeera berkaitan dengan sistem pendidikan Indonesia? Tampaknya pemberitaan tersebut benar-benar memperlihatkan carut marutnya penetapan peraturan, kurikulum, hingga regulasi dana pada sistem pendidikan di negeri kita tercinta. Apa yang telah dipaparkan dalam pemeberitaan tersebut telah mewakili pendapat dunia Internasional akan wajah buram pendidikan di Indonesia. Nah, kalau sudah seperti ini seharusnya menteri pendidikan mulai menyiapkan strategi perbaikan dan segera bertindak untuk membersihkan noda pada dunia pendidikan Indonesia.

Mari kita bahas kembali pokok permasalahan yang diutarakan oleh Al-Jazeera tentang mengapa pendidikan di Indonesia menjadi salah satu yang terburuk di dunia, yaitu sebagai berikut :
Hanya sepertiga dari 57 juta anak yang bersekolah menyelesaikan pendidikan dasar. Sementara itu sistem pendidikan yang ada terganggu oleh kemampuan mengajar yang buruk dan korupsi.
Pendidikan di Indonesia menekankan pada bagaimana menghafal dan bukannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif. Guru akan menekankan pada cara mengajar yang kaku dengan berceramah serta menerapkan sistem kepatuhan yang begitu menekan siswa.

Selain itu pakar pendidikan telah mengatakan bahwa kurang dari setengah terhadap keseluruhan guru di Indonesia memiliki kualifikasi yang cukup  untuk mengajar. Ditambah lagi pemberian upah yang terlalu kecil membuat sebagian besar dari mereka terpaksa mencari tambahan penghasilan di luar mengajar. Hal inilah yang kemudian membuat guru tidak mampu untuk fokus terhadap profesionalismenya dalam menyiapkan anak didiknya.
Korupsi kemudian hadir sebagai pelengkap keburukan. Baik di tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, banyak dari wali siswa atau mahasiswa yang memberikan suap untuk meluluskan anak-anaknya dalam ujian. Sekolah atau perguruan tinggi juga memungut bayaran atas layanan pendidikan yang seharusnya disediakan oleh negara.
Pengamat korupsi telah menyatakan bahwa hanya sedikit sekali sekolah yang bebas dari sogokan dan pungutan liar. Bahkan 40 persen anggaran pendidikan pada setiap sekolah tersedot entah ke mana sebelum sampai pada sasaran.
Bahkan dunia Internasional menjadi bertanya-tanya mengapa Indonesia masih mengandalkan pembiayaan mandiri atau eksternal yang berasal dari sekolah dan bukannya pemerintah, padahal World Bank telah memasukkan Indonesia sebagai negara dengan pendapatan pada tingkat menengah. 
Pihak asing juga telah mengalirkan bantuan untuk pengembangan sistem pendidikan negeri ini, tapi tetap saja terlihat ketimpangan dan tampaknya aliran dana menjadi macet hingga menghilang tanpa bekas. Ke mana dan bagaimana sebenarnya dana pendidikan dialirkan? Bukankah pemerintah telah menaikkan anggaran untuk pendidikan? Lalu mengapa tidak terlihat perbaikan secara signifikan, baik dari pengembangan infrastruktur seperti gedung sekolah, alat eksperimen, transportasi ke sekolah, buku dan seragam, hingga gaji dan pelatihan para guru.
Kurikulum baru yang begitu kontroversial diperkenalkan dan menambah buruk keadaan. Pemerintah menginginkan adanya penyederhaan dalam sistem sehingga beberapa mata pelajaran dipangkas. Kebijakan tersebut dinilai sebagai jawaban akan permasalahan beratnya beban siswa sekolah dasar dengan setumpuk mata pelajaran.
Kebijakan paling kontroversial mengenai kurikulum adalah menunda pengajaran mengenai sains, geografi, dan bahasa Inggris pada siswa tingkat sekolah dasar serta menggantinya dengan materi yang mendorong siswa mengenal identitas nasional dan jiwa patriot. Kebanyakan pendidik merasa bahwa penetapan kurikulum tersebut akan berpengaruh terhadap kemunduran siswa. Pada tingkat dasar seharusnya siswa dirangsang untuk berpikir secara kritis, kreatif, dan terstruktur.
Sudah saatnya tidak hanya mengkritisi tapi bertindak. Tampaknya beberapa pihak yang mulai gerah telah menciptakan gebrakan baru tanpa harus menunggu keputusan pemerintah. Berikut beberapa gebrakan dalam pendidikan yang diluncurkan oleh pihak swasta:
Mereka sudah bergerak, lalu kapan giliran kita? Sebenarnya mulailah dengan hal yang paling mudah. Datanglah ke SD yang kurang diberdayakan terdekat dan tawarkan jasa mengajar. Tularkan semua ilmu yang kita punya kepada adik-adik kita, atau datanglah ke perpustakaannya untuk menyumbangkan beberapa buku. Tidak baru tak apa yang penting masih layak baca dan bermanfaat. Atau berikan les gratis kepada orang yang tidak mampu di sekitarmu. Tak akan sulit menemukan mereka bila memang ada niat.





Tidak ada komentar: